RAT Koperasi Asy-Syifa

Pada hari Rabu tanggal 23 Maret 2016, Koperasi Produsen Asy-Syifa ini telah mengadakan Rapat Akhir Tahunan (RAT) untuk pertama kalinya. RAT ini langsung dipimpin oleh ketua Koperasi Ibu Fatimah dan dilaksanakan di desa Keutapang Mameh, Idi Rayeuk, Aceh Timur.
Turut hadir pada acara tersebut, Direktur Forum Bangun Aceh (FBA) sebagai pendamping koperasi Asy-Syifa, Kabid Koperasi Dinas Koperasi dan UMKM Aceh Timur, Camat Kecamatan IdI Rayeuk, Geuchik Keutapang Mameh dan 36 anggota.
Kabid Koperasi Dinas Koperasi dan UMKM Aceh Timur, Ridhwan, SE. mengaku senang dengan perkembangan koperasi ini yang merupakan kristalisasi dari keinginan dan dorongan dari masyarakat bawah. Menurutnya, Koperasi Asy-Syifa merupakan perwujudan dari keinginan ibu-ibu anggota Asy-Syifa untuk menjadi lebih mandiri, bukan atas dasar keinginan untuk mendapatkan bantuan dari Pemerintah. Koperasi Asy-Syifa adalah gabungan lima Kelompok Swadaya Masyarakat (KSM) binaan FBA di wilayah Aceh Timur. Kelima KSM tersebut adalah KSM Jeumpa, KSM Bungong Tanjong, KSM maju Beusare, KSM Ci Maju, dan KSM Bungong Kupula.
Pembentukan koperasi ini merupakan bagian dari exit strategy program pembiayaan mikro proyek Logica 2 yang telah berakhir pada tahun 2013. Semua anggota dari lima KSM tersebut dapat memilih menjadi anggota koperasi atau tidak. Hingga dilaksanakan RAT pertama ini, sebanyak 67 anggota telah menjadi anggota konperasi dengan melunasi simpanan pokok dan simpanan wajib.
Hingga saat ini, jumlah pinjaman yang sudah digulirkan oleh koperasi Asy-Syifa untuk tahun buku 2015 adalah 127 Juta untuk 30 orang anggota. Para anggota pada umumnya mengunakan pinjaman dari koperasi ini untuk modal usaha rumah tangga seperti usaha kerupak udang, usaha telur asin, jualan jajanan anak-anak dan ada juga untuk biaya sekolah anak mereka.
FBA terus berupaya memberikan kontribusi untuk peningkatan kesejahteraan masyarakat di Aceh melalui program pemberdayaan ekonomi mikro.
Turut hadir pada acara tersebut, Direktur Forum Bangun Aceh (FBA) sebagai pendamping koperasi Asy-Syifa, Kabid Koperasi Dinas Koperasi dan UMKM Aceh Timur, Camat Kecamatan IdI Rayeuk, Geuchik Keutapang Mameh dan 36 anggota.
Kabid Koperasi Dinas Koperasi dan UMKM Aceh Timur, Ridhwan, SE. mengaku senang dengan perkembangan koperasi ini yang merupakan kristalisasi dari keinginan dan dorongan dari masyarakat bawah. Menurutnya, Koperasi Asy-Syifa merupakan perwujudan dari keinginan ibu-ibu anggota Asy-Syifa untuk menjadi lebih mandiri, bukan atas dasar keinginan untuk mendapatkan bantuan dari Pemerintah. Koperasi Asy-Syifa adalah gabungan lima Kelompok Swadaya Masyarakat (KSM) binaan FBA di wilayah Aceh Timur. Kelima KSM tersebut adalah KSM Jeumpa, KSM Bungong Tanjong, KSM maju Beusare, KSM Ci Maju, dan KSM Bungong Kupula.
Pembentukan koperasi ini merupakan bagian dari exit strategy program pembiayaan mikro proyek Logica 2 yang telah berakhir pada tahun 2013. Semua anggota dari lima KSM tersebut dapat memilih menjadi anggota koperasi atau tidak. Hingga dilaksanakan RAT pertama ini, sebanyak 67 anggota telah menjadi anggota konperasi dengan melunasi simpanan pokok dan simpanan wajib.
Hingga saat ini, jumlah pinjaman yang sudah digulirkan oleh koperasi Asy-Syifa untuk tahun buku 2015 adalah 127 Juta untuk 30 orang anggota. Para anggota pada umumnya mengunakan pinjaman dari koperasi ini untuk modal usaha rumah tangga seperti usaha kerupak udang, usaha telur asin, jualan jajanan anak-anak dan ada juga untuk biaya sekolah anak mereka.
FBA terus berupaya memberikan kontribusi untuk peningkatan kesejahteraan masyarakat di Aceh melalui program pemberdayaan ekonomi mikro.
Profile Program Pemberdayaan Ekonomi
A. Tujuan Program Pemberdayaan Ekonomi

Kegiatan Divisi Pemberdayaan Ekonomi bertujuan untuk membuka kesempatan yang lebih baik kepada masyarakat aceh dalam upaya memperbaiki atau meningkatkan standar hidup berdasarkan potensi dan kekuatan yang mereka miliki sendiri. Dimana faktor kekuatan mata pencaharian masyarakat dan komponen pendukungnya merupakan variable yang harus diberikan perhatian serius.
Dalam kurun waktu 32 tahun Aceh telah didera konflik ditambah dengan bencana tsunami pada akhir tahun 2004 , telah menghancurkan hampir semua asset livelihood yang dibutuhkan seperti sarana, prasarana phisik dan modal sosia masyarakat. Keadaan tersebut menempatkan masyarakat aceh pada posisi rentan tidak hanya dalam aspek keamanan sebagai wilayah post conflict, tetapi juga telah merentankan hampir semua aspek kehidupan masyarakat.
Oleh karena itu, kegiatan divisi ini lebih banyak kepada usaha mendorong keberlanjutan proses peningkatan standar hidup melalui peningkatan kualitas livelihood masyarakat yang memungkinkan terjadinya peningkatan akumulasi komponen-komponen penting seperti personal assets, human assets, social assets, physical assets dan financial assets.
Salah satu manifestasi dari kegiatan tersebut adalah FBA memfasilitasi terbentuknya kelompok-kelompok swadaya masyarakat (KSM), penguatan dan peningkatan kapasitas Lokal motivator, pelatihan kewirausahaan, pelatihan-pelatihan yang berhubungan dengan mata pencaharian berbasis potensi lokal, pendampingan dan akses terhadap permodalan bagi para pengusaha mikro.
Disamping itu, pada tahun 2005 sd 2007, selain menerapkan skema dana bergulir dalam kegiatan pemberdayaan masyarakat, FBA juga telah menerapakan Konsep Mawah bagi anggota masyarakat yang menggeluti bidang peternakan dan pertanian. Konsep mawah ini adalah konsep yang telah hidup sejak dahulu kala sebagai salah satu lokal wisdom dan heritage dalam masyarakat Aceh sebagai salah satu metode pendistribusian manfaat aset dalam masyarakat aceh yang berbasis kejujuran, kerja keras dan tolong menolong.
Dalam kurun waktu 32 tahun Aceh telah didera konflik ditambah dengan bencana tsunami pada akhir tahun 2004 , telah menghancurkan hampir semua asset livelihood yang dibutuhkan seperti sarana, prasarana phisik dan modal sosia masyarakat. Keadaan tersebut menempatkan masyarakat aceh pada posisi rentan tidak hanya dalam aspek keamanan sebagai wilayah post conflict, tetapi juga telah merentankan hampir semua aspek kehidupan masyarakat.
Oleh karena itu, kegiatan divisi ini lebih banyak kepada usaha mendorong keberlanjutan proses peningkatan standar hidup melalui peningkatan kualitas livelihood masyarakat yang memungkinkan terjadinya peningkatan akumulasi komponen-komponen penting seperti personal assets, human assets, social assets, physical assets dan financial assets.
Salah satu manifestasi dari kegiatan tersebut adalah FBA memfasilitasi terbentuknya kelompok-kelompok swadaya masyarakat (KSM), penguatan dan peningkatan kapasitas Lokal motivator, pelatihan kewirausahaan, pelatihan-pelatihan yang berhubungan dengan mata pencaharian berbasis potensi lokal, pendampingan dan akses terhadap permodalan bagi para pengusaha mikro.
Disamping itu, pada tahun 2005 sd 2007, selain menerapkan skema dana bergulir dalam kegiatan pemberdayaan masyarakat, FBA juga telah menerapakan Konsep Mawah bagi anggota masyarakat yang menggeluti bidang peternakan dan pertanian. Konsep mawah ini adalah konsep yang telah hidup sejak dahulu kala sebagai salah satu lokal wisdom dan heritage dalam masyarakat Aceh sebagai salah satu metode pendistribusian manfaat aset dalam masyarakat aceh yang berbasis kejujuran, kerja keras dan tolong menolong.
B.
Pencapaian Program
Pada masa awal divisi ini yaitu dalam kurun waktu 3 (tiga) tahun, 2005 sampai dengan tahun 2007, kegiatan divisi ekonomi dan pemberdayaan lebih difokuskan pada asset replacement bagi yang membutuhkan diwilayah yang mengalami dampak bencana tsunami yaitu disekitar wilayah Banda Aceh, Kab Aceh Besar, Kab Pidie, Kab Aceh Jaya dan Kab Pijay.
Selanjutnya mulai tahun 2007 akhir sampai sekarang, kegiatan pemberdayaan ekonomi khususnya pemberian akses permodalan terhadap usaha mikro dampingan FBA telah mengalami perubahan yang signifikan yaitu didirikannya sebuah koperasi simpan pinjam yang diberi nama KSP FBA. Hal ini dilakukan dalam rangka penyesuaian kegiatan lembaga dengan koridor hukum di Indonesia, dimana yang boleh melayani permodalan usaha hanya oleh lembaga berbadan hukum PT seperti bank dan koperasi. Sampai saat ini KSP FBA telah memberikan pelayanan permodalan kepada lebih dari 3.000 usaha mikro di Aceh yang mencakup 70% wilayah kerja FBA.
Dalam kurun waktu 2009 sampai dengan sekarang FBA telah dan sedang membina dan memdampingi sekitar 100 KSM yang tersebar di 13 Kab/Kota di Aceh serta mendorong peningkatan entitas KSM menjadi berbadan Hukum yang lebih tinggi yaitu Koperasi. Hal ini merupakan salah satu strategi untuk menjamin suistainability pemberdayaan masyarakat dengan metode berkelompok. Saat ini telah terbentuk koperasi Asy Syifa di wilayah Aceh Timur yang merupakan gabungan KSM-KSM yang ada diwilayah tersebut. Selain itu, FBA tetap berusaha menghubungkan KSM-KSM yang ada produksinya dengan pasar/pembeli serta meningkatkan kualitas produknya, seperti perizinan, pelatihan dan pemasaran.
Selanjutnya mulai tahun 2007 akhir sampai sekarang, kegiatan pemberdayaan ekonomi khususnya pemberian akses permodalan terhadap usaha mikro dampingan FBA telah mengalami perubahan yang signifikan yaitu didirikannya sebuah koperasi simpan pinjam yang diberi nama KSP FBA. Hal ini dilakukan dalam rangka penyesuaian kegiatan lembaga dengan koridor hukum di Indonesia, dimana yang boleh melayani permodalan usaha hanya oleh lembaga berbadan hukum PT seperti bank dan koperasi. Sampai saat ini KSP FBA telah memberikan pelayanan permodalan kepada lebih dari 3.000 usaha mikro di Aceh yang mencakup 70% wilayah kerja FBA.
Dalam kurun waktu 2009 sampai dengan sekarang FBA telah dan sedang membina dan memdampingi sekitar 100 KSM yang tersebar di 13 Kab/Kota di Aceh serta mendorong peningkatan entitas KSM menjadi berbadan Hukum yang lebih tinggi yaitu Koperasi. Hal ini merupakan salah satu strategi untuk menjamin suistainability pemberdayaan masyarakat dengan metode berkelompok. Saat ini telah terbentuk koperasi Asy Syifa di wilayah Aceh Timur yang merupakan gabungan KSM-KSM yang ada diwilayah tersebut. Selain itu, FBA tetap berusaha menghubungkan KSM-KSM yang ada produksinya dengan pasar/pembeli serta meningkatkan kualitas produknya, seperti perizinan, pelatihan dan pemasaran.
C. Program yang sedang berjalan
Selain penguatan koperasi Asy Syifa terutama dibidang permodalan dan manajerial, FBA tetap mempertahankan kegiatan pendampingan, akses permodalan dan inisiasi pembangunan KSM-KSM baru, mendorong KSM-KSM yang ada untuk meningkatkan status menjadi koperasi khususnya KSM diwilayah Aceh Besar, Pijay dan Bireuen. Pemilihan Aceh Besar, Bireuen dan Pijay saat ini lebih disebabkan oleh alasan biaya operasional.
FBA saat ini sedang menginisiasi kegiatan pemasaran produk-produk KSM dan UKM binaan kearah yang lebih terorganisir dan terukur. Salah satunya adalah dengan memperbaharui metode pemasaran dengan memadukan cara penjualan tradisional dimana penjualan dilakukan secara langsung di pasar target penjualan dan penjualan dengan penggunaan media sosial, website dll.
FBA saat ini sedang menginisiasi kegiatan pemasaran produk-produk KSM dan UKM binaan kearah yang lebih terorganisir dan terukur. Salah satunya adalah dengan memperbaharui metode pemasaran dengan memadukan cara penjualan tradisional dimana penjualan dilakukan secara langsung di pasar target penjualan dan penjualan dengan penggunaan media sosial, website dll.
D. Rencana program ke depan
Dalam menjalankan visi dan misinya, FBA berpedoman pada 3 (tiga) pilar utama yaitu keberlangsungan dan pengembangan organisasi, dampak positif bagi masyarakat dan kesejahteraan pekerjanya. Dengan ketiga pilar tersebut, diharapkan kegiatan FBA dapat mendorong peningkatan living standart masyarakat. Dalam rangka aplikasi ketiga pilar tersebut, FBA akan melakukan beberapa kegiatan, diantaranya sebagai berikut:
- FBA akan mengembangkan kegiatan pengembangan energi alternatif terbarukan seperti briket organik di Aceh Timur. Di Aceh Timur, tepatnya di Kec. Simpang Ulim, FBA sedang menjajaki produksi briket batok kelapa dan sampah. Direncanakan operasi perdana akan dimulai bulan Agsutus 2015 pada kapasitas rendah dan akan terus dievaluasi dan ditingkatkan kapasitas dan kualitas produksinya sesuai permintaan pasar. Kegiatan briket ini di support oleh Guillaume Jest, salah seorang relawan yang membantu FBA secara konsisten dibidang pemberdayaan ekonomi FBA sejak tahun 2005.
- Penguatan dan pengembangan KSP FBA. Kegiatan ini meliputi metode dan rencana kegiatan KSP kedepan yang lebih efektif efisien seperti penciptaan produk baru, dan penambahan anggota-anggota baru.
- Pembangunan KSM baru serta Monitoring dan Inventarisir KSM LM. Dalam rangka memperbesar dampak sosial dari pada kegiatan FBA, maka fasilitasi pembangunan KSM lebih diarahkan pada target-target beneficiaris yang disesuaikan dengan potensi lokal yang ada.
- Evaluasi dan Linkage KSM/UKM kepada resources keuangan dan program – program pemerintah